Saham Third Liner dan Kelemahannya yang Perlu Dipahami Investor
Saham third liner dapat menjadi pilihan dalam berinvestasi di pasar saham. Namun sebagai investor, ada kelemahan yang perlu Anda ketahui. Baca di sini selengkapnya!
Di dalam dunia investasi saham, terdapat 3 lapisan yang digolongkan berdasarkan volume dan kapitalisasi pasarnya. Ketiga lapisan tersebut ialah saham first liner (blue chip), second liner (mid cap) dan third liner (small cap). Penggolongan atau lapisan saham ini bertujuan agar investor bisa menentukan pilihan saham sesuai strategi investasi yang diinginkan.
Istilah dalam lapisan saham tadi berkembang di antara para investor dan bukan secara resmi berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga, perlu diingat bahwa belum ada ketentuan yang resmi dan pasti mengenai indikator volume dan kapitalisasi pasar yang digunakan.
Namun berdasarkan pengalaman para investor tersebut, setiap lapisan saham tentu memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, terutama pada saham yang disebut dengan istilah ‘third liner’. Apakah itu?
Mengenal Saham Third Liner
Saham yang masuk ke dalam kategori third liner adalah saham-saham yang berada di level ketiga, dengan ciri-ciri sering mengalami fluktuasi harga yang drastis. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kapitalisasi pasar yang dimiliki, umumnya di bawah Rp 500 miliar. Selain dikenal dengan sebutan ‘small cap’, saham third liner yang juga banyak disebut sebagai ‘junk stock’ atau ‘saham gorengan’. Tak heran, banyak yang memanfaatkan jenis saham ini untuk mengambil keuntungan dengan cepat oleh para investor dengan profil risiko agresif.
Tentunya, sebagai investor Anda perlu mengetahui lebih dalam mengenai kelemahan dan contoh dari saham third liner yang perlu Anda simak sebelum mulai menginvestasikan dana.
Kelemahan Saham Third Liner
Sebelum mulai membahas lebih dalam mengenai saham third liner, perlu diperhatikan bahwa setiap saham yang dibahas dalam artikel ini bukanlah rekomendasi, saran, maupun perintah beli dan jual.
Kepemilikan atas saham third liner memungkinkan para investor untuk memiliki lebih banyak ruang untuk meningkatkan kepemilikan saham beserta keuntungannya. Akan tetapi, saham third liner dianggap lebih berisiko karena kapitalisasi pasarnya yang relatif rendah. Berikut adalah beberapa kelemahan saham third liner yang perlu Anda perhatikan
1. Sangat Fluktuatif dan Volatil
Kelemahan saham third liner diawali dari kapitalisasi pasar yang sangat kecil. Hal tersebut menyebabkan pergerakan harga saham sangat berfluktuatif dibandingkan dengan saham-saham lainnya dengan market cap yang lebih besar.
Selain itu, saham lapisan terbawah ini juga mempunyai tingkat volatilitas yang tinggi. Artinya, harga instrumen investasi bisa naik dalam waktu cepat, namun juga bisa tiba-tiba turun dengan cepat. Hal ini nantinya memunculkan selisih yang sangat besar antara harga tertinggi dan terendah.
2. Likuiditas Cenderung Rendah
Saham-saham third liner juga memiliki likuiditas yang kurang baik, sehingga penguatannya pun cenderung bersifat temporer. Tingkat likuiditas yang kurang bagus menunjukkan seorang trader bisa saja masuk ke dalam saham kategori tersebut, namun belum tentu bisa menjualnya.
Namun begitu, saham third liner sering menjadi incaran para trader untuk mengambil keuntungan dengan sangat cepat dalam jangka intraday atau kurang dari sehari. Oleh karena itu, saham third liner hanya disarankan untuk trader yang agresif atau mempunyai tingkat toleransi risiko tinggi.
Untuk mendapatkan keuntungan dari trading saham ini, Anda sebaiknya memiliki kemampuan analisis yang sangat baik agar tidak rugi karena fluktuasi harga yang ditandai dengan masuknya saham dalam kategori Unusual Market Activity (UMA).
Contoh Saham Third Liner
Di tengah adanya volatilitas pasar, saham third liner masih digambarkan dalam indeks IDX SMC Liquid dan IDX SMC Composite sebagai pilihan trading dan diversifikasi. IDX SMC Composite sendiri merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah, sedangkan IDX SMC Liquid mengukur likuiditas yang tinggi dari saham-saham tersebut.
Sebagai pilihan investasi, saham big cap memang bisa dikatakan cenderung lebih aman. Akan tetapi, jika ingin berinvestasi jangka pendek ketika pasar sedang volatile, maka saham-saham lapis ketiga dinilai cocok sebagai pilihan trading.
Saham third liner memang menyimpan potensi keuntungan yang relatif lebih tinggi. Meski pada saat yang bersamaan, Anda juga perlu cermat karena keuntungan ini sejalan dengan risiko kejatuhan harga.
Beberapa contoh saham third liner antara lain ENVY (Envy Technologies), FIRE (PT Alfa Energi Investama Tbk), PAMG (PT Bima Sakti Pertiwi), APII (PT Arita Prima Indonesia), SINI (PT Singaraja Putra Tbk) dan KJEN (PT Krida Jaringan Nusantara Tbk).
Jadi, itulah penjelasan mengenai saham third liner. Tidak ada salahnya untuk memilih saham third liner dalam berinvestasi. Namun, sebagai investor sangatlah penting untuk tidak mudah terpengaruh kenaikan signifikan harga saham tertentu atau rumor yang tidak pasti kebenarannya.
Oleh sebab itu, untuk menjadi investor yang baik, Anda harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan selalu memastikan sejauh mana validitasnya, terutama untuk saham third liner. Dengan begitu, Anda dapat menentukan strategi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal.
Jangan khawatir, Anda juga konsultasi seputar dunia investasi bersama Recompound. Recompound adalah solusi digital pertama di Indonesia yang didesain khusus untuk membantu Anda, para profesional muda, supaya dapat berinvestasi dengan lebih pintar dan terdiri dari tim yang profesional dan berpengalaman di bidangnya. Tertarik? Yuk, mulai jadwalkan demo produk bersama tim Recompound dan jangan lupa untuk mengisi formulir pendaftaran, ya!